Dikei

Masyarakat Akit di Kampung Titiakar Rupat melaksanakan ritual pengobatan bedikei. (foto: kosabudaya.id)

Prosesi Pelaksanaan
Prosesi ritual dikei biasanya dibuka setelah jam tujuh malam di rumah kemantan atau di rumah pasien. Tamu laki-laki duduk di bagian depan ruang dikei. Tamu perempuan, duduk berhadapan dengan tamu laki-laki di sisi yang dekat dengan ruang dapur. Mereka semua menghadap kemantan. Seorang dibalak duduk di belakang kemantan untuk melindunginya jika ia menghempas badannya ke belakang. Penabuh gendang (bidu) duduk di tidak jauh dari kemantan. Pasien berada di depan kemantan, terbaring atau duduk. Gendang dipukul dengan cepat, kemantan pun mulai bersiap-siap memasuki ruang selap. Ia mengenakan kain kesum’onya (lihat kemantan). Pisau kayunya diletakkan di nampan bersama-sama perlengkapan lain. Biasanya di dalamnya juga terdapat boneka burung dari anyaman daun kelapa. Boneka burung mewakili semangat pasien.  Model persembahan diletakkan berhadapan dengan kemantan, di tengahnya terdapat air bunga (ai bungo) dan kaleng berisi bertih. Sebuah lilin dengan panjang sekitar 30 sentimeter dinyalakan dan diletakkan di dekatnya. Kemantan kemudian mencelupkan tangannya ke dalam air bunga dan membasahi wajahnya.

Gendang mulai dibunyikan dengan pukulan cepat. Kemantan mengambil sejumput bertih di tangan kanannya kemudian mengusap bertih ke bagian kiri dadanya (muanto asok). Biasanya kemudian kemantan mendadak melonjak ke belakang seperti tersengat. Ia mengulang tindakan ini dengan tangan kirinya ke dada sebelah kanan. Lalu kemantan  perlahan-lahan melakukan gerakan sembah di depan model persembahan, bila ada. Kain merahnya menutup seluruh kepalanya ketika wajahnya menyentuh lantai. Ketika berada di bawah kain inilah kemantan memasuki selap shamanis. Dengan latar suara gendang, kemantan merapalkan mantera (monto). Seorang didayak mendorong tempat pedupaan ke bawah kain agar kemantan dapat menghisap asap manis kemoyan (kemenyan). Setelah sekitar dua-tiga menit, komat-kamit mantera yang tak terpahami berganti menjadi lirik-lirik lagu yang dikenal dalam irama pukulan gendang. Alam roh (alap lain) “masuk” dalam kesadarannya dan semangatnya akan segera “masuk” ke alap lain dan melakukan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mengembalikan semangat pasien.

Bacaan Lainnya

Salah satu lagu yang dinyanyikan kemantan untuk membuka ritual pengobatan dikei adalah sebagai berikut:  

Dondak Dondak 
Salam Alaikum
Sebolah ki’i 
Salam Alaikum
Sebolah kanan
Memento tabe
Kepado anak ajo 
Di tonga podak
O’ak di gunuk
Memo’i salam
Kepado o’ak di podak
Minto tabe
Kepado o’ak di podak 

Dendang dendang
Assalamualaikum
(Bagi yang di) sebelah kiri
Assalamualaikum
(Bagi yang di) sebelah kanan
(Saya) minta izin
Kepada anak raja
Di tengah padang
Orang di gunung
Memberi salam
Kepada orang di padang
(Saya) minta izin
Kepada orang di padang

Ketika menyanyi ia menegakkan punggungnya pelan-pelan. Dari bawah kain ia mengangkat tangannya sampai ke wajah, membuat gerakan sembah dan hormat (menyombah). Setelah beberapa saat, ia merendahkan tangannya sedikit, kemudian memutarnya ke atas, membawanya ke depan wajahnya lagi dalam bentuk segitiga, mengulangi gerakan ini tiga kali. Sembah ini ditujukan kepadaroh-roh yang dilihat kemantan dengan mata batinnya. Kemantan kemudian mengambil sejumput bertih di tangannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *