SANGGARAN adalah ritual untuk memberi makan harimau yang terdapat dalam komunitas adat Talang Mamak, Riau. Ritual ini dilaksanakan pada malam hari.
Harimau dianggap sebagai hewan istimewa dan sakral. Sehingga jika hendak berpergian, terlebih dahulu ‘melihat’ pelangkahan harimau, yang bertujuan supaya tidak tesobok (berjumpa) harimau.
Perbuatan sumbang atau berbuat yang tidak patut akan menyebabkan harimau mengamuk, memakan ternak atau menampakkan diri baik dalam bentuk jejak maupun terlihat secara langsung. Jika hal ini terjadi, maka kumantan segera bertindak menilik sebab musabab, kemudian mengadakan rukun lima, menegakkan bulean untuk menghormati harimau dengan mengadakan sanggaran.
Batin dengan perangkat adat bermusyawarah dengan kumantan untuk melaksanakan sanggaran, yang melibatkan seluruh masyarakat baik dalam pelaksanana maupun dalam pembiayaan. Pada siang hari ibu-ibu dan anak laki-laki dan perempuan memasak mempersiapkan makanan berupa lemang, dan perlengkapan ritual yang terdiri dari darah ayam mentah, kodok hutan, udang sungai, bertih kubur 7 macam, damar dan ketaya, dan lilin lebah.
Kumantan mengucapkan berbagai mantra disertai dengan menginang. Dihalaman rumah disediakan bangunan yang dihiasi dengan janur dan berbagai daun hutan. Perlengkapan dibawa turun ke tanah, kemudian dipersembahkan kepada roh-roh harimau. Pada saat itu kumantan diasap diantara unggun-unggun pebaraan. Kumantan kerasukan merangkak-rangkak dan mencakar-cakar seperti harimau. Saat itu kumantan sedang berkomunikasi dengan harimau lumahan, sambil memainkan bara api yang ada di tanah.
Harimau lumahan adalah harimau jadi-jadian atau harimau gaib yang dianggap berpusat di Mota di Sanglab. Harimau lumahan juga dikenal dengan harimau cinaku.
Selesai prosesi, kumantan kembali naik ke rumah dan diadakan makan bersama. Harimau penunggu kampung diharapkan menjaga kembali, dan harimau yang datang dari luar kembali ke tempatnya.
