Meniga Bulan

Mandi Damai dalam upacara perkawinan Melayu Riau pesisir. (foto: folklor.kosabudaya.id)

MENIGA BULAN adalah upacara yang dilaksanakan pada usia kandungan 3 bulan dalam tradisi kehamilan Melayu Riau. Upacara ini bertujuan memohon kepada Allah Swt., agar bayi dalam kandungan tumbuh dengan sehat dan selamat, mendokan sang calon ibu, dan memberitahukan kepada semua keluar­ga agar calon ibu tersebut dijaga bersama-sama.

Sebelum menentukan bilamana upacara itu akan dilaksanakan, keluar­ga pihak suami pergi menemui keluarga pihak isteri untuk berunding. Ke­luarga dari pihak suami yang berkunjung itu membawa sesisir pisang dan segantang beras lengkap dengan lauk-pauknya.

Bacaan Lainnya

Kedatangan kunjungan dari pihak suami ini, diterima oleh pihak keluar­ga isteri dengan gembira karena dari bawaannya, mereka sudah dapat menebak, bahwa mereka harus bersiap-siap untuk menerima anggota baru bagi keluarga mereka. Oleh karena keluarga kedua belah pihak bertemu mereka bermusyawarah mencari dan menentukan saat yang baik untuk melakukan upacara meniga bulan. Dalam musyawarah ini harus diputuskan tempat mengadakan upacara meniga bulan (biasanya yang paling baik di rumah perempuan yang hamil itu).

Setelah musyawarah itu dapat mengambil suatu keputusan, pertemuan diakhiri dengan makan bersama segala pembawaan dari pihak keluarga suami tadi. Ketika itu perempuan yang hamil itu tidak lagi dalam keadaan mengidam.

Selanjutnya dukun beranak pun diberitahukan tempat dan hari untuk melaksanakan upacara meniga bulan. Sebelum upacara meniga bulan dimulai, dukun beranak menyuruh siapkan peralatan yang masih terbungkus, sepasu air bersih dan tempat tidur dengan perlengkapannya. Apabila semua keperluan itu telah siap, dukun beranak pun dipanggil dan beberapa orang keluarga terdekat diundang. Selama upacara meniga bulan itu berjalan semua yang hadir tidak boleh berisik dan harus mengikuti upaca­ra itu dengan hidmat. Perempuan yang hamil tiga bulan itu berbaring di tempat tidur yang telah disiapkan.

Dukun beranak mengambil mayang pinang dan kemudian membersihkannya. Setelah dianggap cukup bersih, mayang pinang itu dimantrai, ke­mudian dipecahkan dengan cara memukulnya ke lantai sehingga seludangnya (pembungkus mayang) terpecah dan mayangnya terurai ke luar. Kemudian dukun beranak itu mempelajari dari pecahan mayang yang ter­urai itu. Dengan itu dukun beranak dapat meramalkan keadaan perempu­an yang hamil tiga bulan itu, apakah ada penyakit atau urat-urat yang salah yang diderita oleh perempuan yang hamil itu. Jika seandainya melalui ramalannya ternyata pada perempuan yang hamil itu ditemui penyakit atau urat-urat yang salah, ketika itu juga diobat dan dibetulkan oleh bidan (dukun beranak) dengan membaca mantera-mantera tertentu sambil mengurut-urut perut perempuan yang hamil tiga bulan tersebut. Tetapi sean­dainya menurut ramalannya perempuanyang hamil itu sehat tidak ada kelainan-kelainan, maka dukun beranak hanya memberikan kepada perem­puan hamil itu berupa obat, agar anak yang di dalam kandungan itu bertambah kuat.

Setelah itu mayang yang terurai itu direndam ke dalam pasu yang berisi air bersih. Pasu yang berisi rendaman mayang itu disebut pasu nan bagewang. Air bersih rendaman mayang tersebut digunakan untuk mandi perempuan hamil itu, dengan cara mengambil sedikit-sedikit air rendam­an mayang itu lalu dicampur dengan air bersih biasa baru digunakan un­tuk mandi (membersihkan badan). Mandi dengan air rendaman mayang ini harus dilakukan selama tiga atau tujuh hari. Dengan demikian selesailah upacara meniga bulan.

Simbol-simbol yang terkandung dalam unsur-unsur upacara adalah pisang, beras, mayang pinang, dan pasu. Setiap simbong mengandung makna-makna tertentu.

1. Pisang, mengandung makna agar anak berbudi pekerti yang manis, bertingkah laku yang baik sehingga ia disenangi orang seperti orang menyenangi pisang.

2. Beras berarti menyatakan rasa syukur atas rahmat yang diberikan Tuhan.karena telah mengabulkan permintaan untuk mendapatkan anak.

3. Mayang pinang diibaratkan sebagai cermin yang dapat menunjukkan keadaan urat-urat dan anak yang terdapat dalam perut wanita yang sedang hamil itu.

4. Pasu merupakan tempat air yang dapat menghindarkan dari gangguan roh-roh halus dan syetan, terutama gangguan dari hantu air.

5. Menurut keyakinan, mandi air rendaman mayang di dalam pasunan bagewang akan menghindarkan penyakit yang datang dari luar ru­mah, maupun yang dibawa oleh angin lalu. Karena angin lalu selalu diikuti oleh hantu-hantu dan syetan-syetan. Selama itu wanita hamil itu dilarang mandi ke sumur, agar terhindar dari gangguan hantu air.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *