Menetau Rumah

Bagan di pingir Batang Rokan. (foto: guruku.kosabudaya.id)

MENETAU RUMAH adalah upacara menetapkan tanah rumah sebelum menegakkan rumah. Upacara ini dilaksanakan sebelum mendirikan bangunan. Selain menetau rumah, juga dikenal menetau hutan pada sat membuka hutan pertama kali.

Menetau rumah bertujuan sebagai penghormatan dan bujukan terhadap segala makhluk halus yang disebut puake atau penunggu yang ada di tempat itu, supaya pergi dan tidak menganggu pemilik dan penghuni bangunan. Selain itu, juga bertujuan sebagai penghormatan dan permintaan maaf kepada segala makhluk yang mungkin teraniaya akibat didirikannya bangunan, termasuk semut dan ulat yang paling kecil sekalipun, untuk memanjatkan doa keselamatan bagi penghuni dan pemilik bangu­nan, serta seluruh warga kampung terutama para pakerjanya, dan juga bertujuan sebagai tanda terima kasih kepada seluruh yang turut membantu mendirikan bangunan itu.

Bacaan Lainnya

Penyelenggaraan upacara adalah pemakai bangunan. Untuk rumah tinggal, penyelenggara adalah pemilik rumah tersebut. Sedangkan untuk bangunan fasilitas umum seperti rumah ibadah, penyelenggaranya adalah warga sekitar. Prinsip penyelenggaraan adalah musyawarah, mufakat, gotong royong atau betayan.

Besar kecilnya upacara tergantung kemampuan penyelenggara. Upacara yang paling sederhana adalah dengan sedekah sepiring nasi kunyit, seekor ayam panggang, beberapa butir telur ayam beberapa butir, yang diberikan kepada Pawang dan pembantunya. Upacara besar dapat dengan menyembelih kerbau atau kambing.

Tempat upacara adalah tanah di mana bangunan itu akan didirikan. Waktunya ditentukan oleh Pawang, biasanya pagi hari antara jam 5.00 sampai jam 9.00. Hari dan bulannya dipilih biasanya hari Senin dalam bulan Maulud dan hari Kamis bulan Haji. Hari-hari lainnya sepanjang tahun dianggap baik adalah Senin, Rabu, dan Jumat (lihat Hari). Hari yang paling dihindarkan adalah hari Selasa, karena dianggap hari yang tidak membawa keberuntungan. Hari Selasa disebut sebagai “hari keras” atau “hari naas”.

Pelaku upacara selain pawang yang utama adalah pemuka adat, lebai, dan penghulu, serta pemilik rumah yang laki-laki dewasa (jika rumah pribadi). adalah Pawang, yang dibantu oleh beberapa orang pembantunya. Pawang sebagai pimpinan upacara menentukan segala-galanya. la yang menentukan siapa yang boleh melakukan tepung tawar, namun lazimnya dipilihnya di antara pemuka dan tokoh masyarakat serta keluarga terdekat yang tertua di dalam keluarga itu, ia pula yang menentukan kapan upacara dimulai, di mana peralatan upacara diletakkan dan sebagainya

Perlengkapan upacara adalah hewan sembelihan dan Seperangkat peralatan Tepung Tawar. Untuk upacara besar adalah kerbau atau beberapa ekor kambing, sedangkan untuk upacara sederhana dapat berupa beberapa ekor ayam. Hewan tersebut disembelih di tempat upacara. Darahnya ditampung kemudian diambil sedikit potongan hati, jantung, lidah, telinga dan kepalanya. Semuanya dibungkus untuk dijadikan sembahan, yakni “sajian” untuk segala makhluk gaib yang ada di tempat itu, sekaligus sebagai tanda permintaan supaya mereka meninggalkan tempat tersebut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *