Manjopuik Limau

Festival Perahu Baganduang.

Manjopuik limau adalah upacara menjemput racikan limau di rumah seorang gadis yang akan digunakan untuk mandi balimau untuk menyambut Idul Fitri. Upacara manjopui limau merupakan bagian dari prosesi awal pernikahan di Kenegerian Lubukjambi Rantau Kuantan.

Prosesi manjopui limau dimulai  saat seorang bujang tertarik dengan seorang gadis yang bertemu dengannya saat batobo. Bujang yang memiliki ketertarikan tersebut akan meminta si gadis untuk membuat racikan limau yang nantinya akan digunakan untuk mandi balimau ketika menyambut Idul Fitri. Permintaan tersebut dilakukan melalui titian sosok (orang ketiga yang berfungsi sebagai perantara). Titian sosok pula yang mengatur anak tobo lain untuk bersama-sama membuat perahu baganduang.

Bacaan Lainnya

Ketetapan apakah bujang akan meminang si gadis ditentukan dua bulan kemudian, atau pada saat lebaran hari raya haji. Pada saat itu, mangkuk yang dijadikan sebagai tempat racikan air limau (yang dijemput pada upacara manjopui limau)  akan diisi dengan minuman yang diantar oleh si bujang bersama dengan anak tobo yang lain. Jika sang bujang berkeinginan memperistri si gadis, maka ia akan melanjutkan pertemuan berikutnya dengan mengantar kain panjang, kain baju, dan sebuah cincin atau gelang. Namun, jika si bujang tidak berkeinginan meminang si gadis, ia cukup menghatarkan mangkuk racikan limau saja. 

Pada akhir 80-an, perahu baganduang juga digunakan sebagai perahu untuk membawa tamu dalam setiap pelaksanaan pacu jalur di Telukkuantan. Sejak 1996, perahu baganduang mulai dilombakan dalam festival perahu baganduang yang dilaksanakan di Kampung Koto Kenegerian Lubuk Jambi. Festival ini dilaksanakan pada minggu pertama setelah Hari Raya Idul Fitri atau pada 8 Syawal. Peserta festival berasal dari setiap kampung yang berada dalam Kenegerian Lubuhjambi. Setiap parahu baganduang akan menjemput limau dari salah seorang gadis. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *