Babalian

Badewo. (foto: kosabudaya.id)

BABALIAN adalah ritual pengobatan yang terdapat di Rantau Kuantan, Riau. Ritual ini biasa dilakukan untuk mengobati seseorang yang sakit menahun, dan pengobatan lain tidak berhasil mengobatinya.

Balian bertujuan untuk mengetahui jenis penyakit, penyebabnya, cara pengobatannya, cara mendapatkan ramuan obatnya, dan petunjuk lainnya melalui bantuan roh-roh gaib yang dengan sengaja dipanggil melalui ritual itu.

Bacaan Lainnya

Babalian dipimpin oleh seorang dukun yang disebut gumantan. Ia dibantu oleh bujang bayu dan dendi. Karena ritual ini bersifat komunal, maka keseluruhan persiapan dan penyelenggaraan juga melibatkan warga kampung setempat.

Penamaan
Babalian berasal dari kata babalikan yang berarti ‘dibalikkan’. Selama ritual ini berlangsung semua perkataan dan ucapan gumantan kepada bujang bayu dibalikkan pengertiannya. Misalnya, gumantan berkata, “pergilah engkau”, maka bujang bayu menafsirnya sebagai: “masuklah engkau”. Jika gumantan berkata, “penyakitnya ringan”, maka itu berarti penyakitnya parah. Dari pengertian ucapan yang dibalikkan inilah asal kata babalian.  

Ritual ini terdiri dari beberapa tahapan. Waktu penyelenggaraannya tergantung pada keberhasilan setiap tahapannya. Jika lancar, ritual cukup dilaksanakan selama tiga kali berturut-turut setiap malam Jumat, setelah waktu sholat Isya. Jika tahap awal tidak berhasil harus diulang dari mula lagi dengan menunggu masa idah (langkau) 3-7 hari. Ritual dilaksanakan pada malam hari dalam suasana yang tenang, sehingga roh-roh yang dipanggil tidak terganggu. Tempat pelaksanaannya di rumah ‘pasien’ dan di Sungai Kuantan. Ritual di rumah ‘pasien’ dilaksanakan di ruang depan rumah yang disebut balai, sedangkan ‘pasien’ yang akan diobati dibaringkan di ruang dalam atau tengah. Ritual yang dilakukan di Sungai Kuantan adalah ritual penutup (memoti ubek).

Peralatan Ritual
Perlengkapan yang harus disiapkan untuk ritual antara lain:

  • rotan jini, sejenis rotan tanpa duri yang diambil dari hutan dan tidak dibuang daunnya. Rotan ini untuk meluruskan jalan gumantan dalam melihat penyakit dan mencari obat
  • daun pucuk kelapa (janur) untuk membuat hiasan beraneka motif
  • mayang pinang, yang diletakkan di sudut balai sebagai penunggu empat sudut balai dan dipakai oleh gumantan sebagai ‘alat’ untuk menebas jalan dan menangkis serangan musuh
  • tempurung kelapa hijau yang telah dilubangi untuk dilalui gumantan ke alam gaib
  • tiga batang lilin putih untuk menerangi jalan masuk dan jalan keluar bagi gumantan
  • sebuah dulang untuk tempat alat-alat yang akan dipersembahkan kepada roh halus
  • batang pisang yang sudah dibersihkan dengan garis tengah 15-20 cm dan panjang 40 – 50 sentimeter
  • sebatang tebu gagak
  • sebilah pisau untuk mengiris limau dan membuat tepung tawar sebagai  ramuan obat
  • tiga buah jeruk nipis untuk melihat penyakit
  • satu yard kain putih yang melambangkan kesucian hati orang yang meminta obat
  • semangkok air putih untuk membuat tepung tawar
  • tujuh batang lidi kelapa hijau berfungsi sebagai ‘pedang’
  • sehelai kain panjang yang belum pernah dipergunakan penutup jenazah yang akan menjadi sayap untuk terbang ke alam gaib
  • tepung tawar
  • botiak atau bertih secukupnya
  • beraneka warna dan jenis bunga: bunga merah, putih, kuning, bunga raya, bunga kenanga, bunga cempaka dan bunga pandan
  • parasopan (pedupaan) tempat membakar kemenyan dan gaharu untuk menyeru atau memanggil roh-roh halus dan arwah guru-guru
  • kemenyan dan gaharu, asapnya untuk membersihkan diri
  • korek api untuk menyalakan lilin dan perasapan
  • sebutir telur ayam untuk dipersembahkan kepada roh halus
  • duri rukam
  • tikar daun rumbia yang belum pernah dipakai untuk mayat
  • rebab untuk musik pengiring
  • lancang yang terbuat dari dua batang pisang dengan panjang kira-kira 1,5 meter. Batang pisang ini dirangkai dengan bambu yang dibelah dan dibentuk seperti sampan, dihiasi janur dan kertas minyak kuning. Lancang diisi dengan: nasi sampat, bertih, beras kunyit, bunga merah dan bunga kuning, ayam bangkang, darah ayam, lilin, sirih kerucut, alam-alam (kain putih yang berfungsi sebagai bendera lancang). Semua bahan tersebut dimasukkan ke dalam daun pisang layur yang berbentuk kerucut, lalu diletakkan di dalam lancang.

Setelah semua perlengkapan disiapkan dan disusun di tempatnya masing-masing, di tengah balai dibentangkan sehelai tikar daun rumbia. Pada keempat sudut dinding balai digantungkan mayang pinang. Batang pisang yang sudah dibersihkan ditegakkan. Di atasnya dipancangkan hiasan dari janur yang mempunyai nama sesuai motifnya misalnya: kipar-kipar (kupu-kupu), potai-potai (petai-petai), batang pinang, kori-kori (keris-keris) dan padi-padi. Di tengah batang pisang ditancapkan sebatang tebu gagak. Di atas tebu diletakkan aneka warna dan jenis bunga seperti: bunga putih, merah, kuning, bunga raya dsb. Batang pisang beserta seperangkat alat-alat itu disebut rimbo sakalupuak (rimba setumpuk) diletakkan di ujung balai. Alat-alat yang sudah diletakkan di atas dulang beralas kain putih ditempatkan di pangkal balai.

Tahapan Pelaksanaan
Babalian dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu mencari penyakit, mencari obat, mengenakan obat, dan menutup obat.

Tahap mencari penyakit
Setelah semua perlengkapan ritual disiapkan, bujang bayu menghidupkan lilin dan parasopan untuk membakar kemenyan dan gaharu. Lalu, ia mengiris limau nipis tiga buah dan memasukkan tepung tawar ke dalam air putih yang telah tersedia di dalam mangkok. Kemudian bujang bayu memberi­tahu pihak keluarga agar jangan ada lagi orang-orang yang keluar-masuk rumah, yang di luar rumah disuruh masuk, dan semua yang menyaksikan ritual diminta diam. Hanya bujang bayu dan gumantan yang berbicara. Gumantan masuk ke balai, duduk bersila menghadap ke pangkal rumah atau ke pangkal balai. Bujang bayu menyerah­kan kain panjang kepada gumantan. Gumantan membuka kain panjang itu lalu menyelimutkan ke badannya, serta mengambil bertih sedikit dan dibuhulkan di salah satu sudutnya.

Rebab mulai dibunyikan oleh dendi, pertanda saatnya gumantan masuk ke alam gaib. Bujang bayu mengikatkan bunga pandan ke batang pisang yang berada di sudut balai. Kemudian ia mengasapi sekeliling badan dan kepala gumantan tiga kali, pertama dengan kemenyan dan gaharu kemudian dengan lilin yang diletakkan di atas tempurung kelapa. Setelah itu,gumantan membuka silanya dan pelan-pelan berdiri, memijak parasopan yang berisi api sampai padam.

Bujang bayu memberi isyarat kepada dendi untuk mengganti irama rebab yang mengantarkan gumantan ke alam gaib. Bujang bayu memberikan setangkai mayang pinang yang berfungsi sebagai ‘alat’ untuk menerangi jalan dan sebagai senjata dalam perjalan ke alam roh. Bujang bayu memberi lilin sebagai penerang. Sebelum memulai perjalanan, gumantan berdiri sejenak untuk membaca mantera, lalu bujang bayu meniup ubun-ubunnya tiga kali. Kemudian bujang bayu menyuruh gumantan berjalan sesuai dengan arah yang hendak dituju untuk melihat penyakit ‘pasien’. Gumantan berjalan di tengah balai dengan cara melangkah ke depan dan ke belakang tiga-empat langkah, membentuk setengah lingkaran.

Selama dalam perjalan, rebab memainkan irama yang diisyaratkan bujang bayu. Setelah gumantan sampai di alam gaib, ia menyeru kepada roh-roh halus dengan banandong. Seluruh hasil pembicaraan gumantan dengan roh-roh halus itu disampaikan oleh bujang bayu kepada pihak keluarga. Bila telah selesai berhubungan dengan roh-roh itu, bujang bayu menyuruh gumantan kembali ke alam lebar atau alam nyata. Setibanya di balai yang digambarkan sebagai alam nyata, bujang bayu menyerahkan persembahan untuk para roh kepada gumantan. Biasanya yang diminta oleh roh halus adalah bertih, beras kunyit, dan telur ayam. Kemudian gumantan kembali lagi ke alam roh dengan membawa persembahan kepada para roh dengan cara ditaburkan dan gumantan mendapat petunjuk mengenai penyakit ‘pasien’ dan pengobatannya.

Tahap Mencari Obat
Tahap ini biasanya dilaksanakan pada malam yang sama dengan tahap pertama, seandainya ritual tahap pertama berjalan dengan lancar. Ada kalanya ritual pada tahap pertama untuk melihat penyakit menemui jalan buntu, sehingga nama dan sebab-sebab penyakit tidak diketahui. Jika demikian, ritual diulang lagi dari tahap awal, setelah melalui masa idah (langkau) tiga sampai tujuh hari. Apabila ritual berjalan lancar dan penyakit diketahui, maka ritual dilanjutkan ke tahap kedua, yaitu mencari obat.

Dalam tahap mencari obat, gumantan tidak dibangunkan dari selapnya. Sambil berdiri gumantan menunggu aba-aba bujang bayu ke arah mana ia pergi mencari obat. Dengan membawa mayang pinang dan sebatang lilin di atas tempurung kelapa hijau, gumantan berjalan kembali dengan gerak maju-mundur setengah lingkaran. Setelah bertemu dengan para roh dan mendapatkan petunjuk jenis obatnya, gumantan memberitahukan kepada bujang bayu. Informasi ini diberitahukan bujang bayu kepada orang yang akan mencari obat, biasanya pihak keluarga ‘pasien’.

Selanjutnya, bujang bayu memerintahkan gumantan kembali ke alam nyata. Gumantan duduk bersila kembali dan menghadap ke pangkal balai. Bujang bayu kembali mengasapinya dengan lilin tiga kali, dilanjutkan dengan gaharu dan kemenyan tiga kali, serta membuka buhul bertih di sudut kain panjang. Kemudian bujang bayu meniup ubun-ubun gumantan tiga kali. Bunyi rebab dihentikan oleh dendi dan gumantan dibangunkan  dari selapnya oleh bujang bayu. Maka selesailah ritual tahap pertama dan kedua.

Tahap mengenakan obat
Pada tahap ini, gumantan langsung melihat ‘pasien’ dari alam gaib, dan memberi pengobatan dengan ramuan yang telah disiapkan. Prosesi ritual tahap ini sama dengan tahap pertama. Setelah sampai di alam roh, gumantan menghampiri ‘pasien’ tiga kali untuk merenjiskan tepung tawar, dan mengenakan ramuannya. Lalu gumantan kembali ke tempatnya semula dan bujang bayu memerintahkannya kembali ke alam nyata.

Ritual menutup obat (memoti obat)
Pada tahap ini, lancang yang telah disiapkan dibawa oleh bujang bayu dan gumantan ke Sungai Kuantan. Setelah gumantan membakar kemenyan, menghidupkan lilin, dan membaca mantera, lancang dihanyutkan. Selesailah sudah seluruh rangkaian ritual babalian.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *