Rumah Limas

Replikas Istana Kerajaan Inderagiri. (foto: budayamelayuriau.org)

RUMAH limas adalah salah satu bentuk rumah tradisional Melayu berbentuk atap seperti limas. Pada zaman dahulu, rumah limas sering dijadikan sebagai rumah kaum bangsawan. Atap limas yang diberi tambahan ke muka (selasar) dengan bentuk atap tetap limas, disebut “Limas Penuh” atau “Limas Bungkus“. Bila atap tambahan itu berbentuk “Belah Bubung” baik Lipat Pandan maupun Lipat Kajang, disebut “Limas Berabung Melayu”.

Rumah limas merupakan rumah sesudah era rumah lontik, menurut hasil survey di lapangan pembuatan limas ini berkisar antara 1920-1940. Ada berbagai macam perubahan rumah limas dari tahun ketahun berikutnya, berbagai inovasi dan filosofi baru seiring dengan munculnya berbagai kebutuhan dan perkembangan zaman. Munculnya teknik-teknik baru menyebabkan rumah limas mempunyai beberapa bentuk baru, namun seperti namanya, rumah limas ini tetap mempertahankan identitas limas pada langgam atapnya.

Bacaan Lainnya

Rumah limas yang ada di Pulau Belimbing Kampar, bentuknya hampir sama, perbedannya terdapat pada variasi ornamen. Pada rumah limas di Pulau Belimbing I menggunakan ornamen lebah bergantung pada listplank. Hiasan pada papan penutup lantai bermotif lebah bergantung. Hiasan pada penutup lantai rumah limas di belimbing II terbuat dari papan tebal 2-2,5 cm. Lebah bergantung terbuat dari papan keras dengan tebal 2-2,5 cm. Hiasan pada tangga rumah limas disebut dengan tangga pipih. Tiang tangga berbentuk segi empat atau bulat. Anak tangga berjumlah ganjil. Hiasan pada jendela berupa jerajak atau disebut dengan larik yang terbuat dari kayu bubutan. Jerajak selalu berjumlah lima (ganjil), yang melambangkan islam yang lima. Panjang disesuaikan dengan lebar jendela sedangkan tingginya 60-75 cm. Kayu bubutan yang dipakai adalah kayu 4/4 cm.

Hiasan pada lobang angin menggunakan motif bungasusun kelapa, hiasan ini terpengaruh oleh kebudayaan cina. Motif ini terbuat  dari kayu papan dengan tebal 2,5 cm dan lebar di sesuaikan dengan ukuran pintu dan jendela..

Hiasan pada listplank menggunakan motif lebah bergantung. Listplank terbuat dari papan keras dengan tebal 2 cm. Hiasan pada sudut listplank seperti kepala cicak, terbuat dari papan dengan tebal 2,5 cm.

Hiasan jala-jala berbentuk belah ketupat, yang disusun sejajar dan saling berlawanan arah. Jala-jala berwarna kecoklat-coklatan. Jala-jala ini ditempatkan sebagai janki pada rumah limas. Ukurannya : panjang 3-4 m dan lebar 50-70 cm. Jala-jala  terbuat dari kayu keras dengan tebal 1-2 cm.

Hiasan jerajak terbuat dari kayu segi empat atau bubutan/larik. Biasanya terbuat dari papan dengan tebal 2 cm. Lebarnya disesuaikan dengan lebar jendela atau lebar beranda (jika jerajak dipasang pada beranda).

Dalam ungkapan dikatakan:
Bersorong limas dengan limas
Padanan disebut limas penuh
Yang di muka selasar muka
Yang di belakang ke penanggah
Kalau berpaut limas dengan kajang
Berpadan dengan lipat pandan
Di situ tegak selembayung
Di situ terdiri kunyit-kunyit
Limas disebut “Limas Melayu”
Kiri kanan menjadi sayap
Muka belakang jadi selasar

Dalam adat dan tradisi Melayu Riau, bangunan limas dianggap bangunan “pilihan”, maksudnya, bangunan yang mencerminkan “tuah” pemiliknya. Dari sisi lain bangunan limas lazim dipergunakan untuk bangunan istana, balai kerajaan, atau kediaman orang-orang bangsawan atau orang berada. Karenanya limas dianggap lambang status sosial pemiliknya. Dalam ungkapan adat dikatakan:

Bila tertegak rumah limas
Tegak pula tuah marwahnya
Tegak daulat raja kuasa
Tegak martabat datuk-datuk
Tegak kuat hulubalang negeri
Tegak adat dengan lembaga
Tegak undang dengan hukumnya

Ungkapan lain mengatakan:
Bila terdiri rumah limas
Limas penuh ataupun tidak
Tanda terdiri daulat raja
Tanda tertegak kuasa datuk
Tanda kokoh kuat dubalang
Tanda cahaya naik ke rumah
Tanda sen masuk negeri
Tanda untuk masuk ke kampung

Selain itu, limas berkaitan pula dengan kepercayaan masyarakat melayu Riau, yang lambang dan falsafatnya digambarkan dalam ungkapan:

Rumah limas rumah berbangsa
Bertentu letak dengan tempatnya
Bertentu atur dengan susunannya
Bertentu bilik dengan ruangnya
Bertentu tinggi dengan rendahnya
Atap limas mengandung tuah
Tempat turun cahaya langit
Tempat naik cahaya bumi
Tempat singgah cahaya laut
Tempat berhenti cahaya budi
Di situ tuah ditegakkan
Di situ daulat didirikan
Di situ berlabuh orang ramai
Di situ berteduh ‘akuan ssidi”
Di situ bermain dewa dan mambang
Di situ diam jin dan peri
Di situ umat berkekalan

Rujukan:
Tenas Effendy dan Emmy Kadir. 2003. Ragam Hias pada Rumah Melayu Riau. Pekanbaru: Sebati Riau Art Gallery

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *