Rebab

Rebab. (foto: internet)

REBAB adalah alat musik tradisional Melayu bertali dua atau tiga dan tergolong dalam kategori chordophone yang berfungsi sebagai pemberi melodi. Alat musik ini dipercayai berasal dari Timur Tengah kemudian menyebar ke Kordoba, Spanyol, alat musik ini menyebar ke Eropa Barat dan menjadi cikal-bakal perkembangan cello dan biola. Melalui Turki dan Asia Tengah, alat musik ini masuk ke Persia, India dan Tiongkok dan menyebar ke seluruh Asia Tenggara termasuk kepulauan nusantara.

Keberadaan rebab ditengarai sejak abad ke-9 Masehi, seperti disinggung oleh Al Farabi (870-950 M) dalam bukunya “Kitab Al Musiqi al Kabir”. Rebab juga dilukiskan pada relief Candi Borobudur (abad ke-11). Di alam Melayu Rebab tersebar bersama-sama perkembangan agama Islam. Rebab dapat dijumpai di Riau dengan bentuk dan ukurannya berbeda.

Bacaan Lainnya

Rebab dibuat dari bahan kayu. Panjangnya antara 105 cm hingga 135 cm dan terbagi kepada tiga bagian, yaitu bagian kepala atau pucuk rebung, bagian batang atau torok, dan bagian muka atau tempurung. Penggesek rebab atau ‘busur’ juga dibuat dari kayu dan diukir cantik. Alat ini masih dijumpai di Riau, misalnya di Mandau terbuat dari tempurung kelapa berdiameter 17 cm, kayu yang panjangnya 74 cm dan benang nomor 8, kulit kambing atau kulit buntal, tali 2 helai dan penggesek dari tali ijuk yang direnggangkan pada rotan. 

Pada zaman dahulu, tali rebab dibuat dari benang yang dipintal. Kini, tali rebab menggunakan tali gitar, yaitu tali kode ketiga-G, keempat-D dan kelima-A. Bagian kepala, telinga dan batang rebab dapat dibuat dari berbagai jenis kayu, tetapi bagian muka rebab dibuat dari jenis kayu ringan seperti kayu nangka dan sena. Muka atau tempurung rebab ditutup dengan perut lembu (tebal) yang dikeringkan menjadi seperti kulit.

Pada zaman dahulu, tali busur dibuat dari ‘selukar’ atau selaput seludang kelapa yang dipintal. Tetapi kini, ia dibuat dari tali tangsi. Kepala rebab berbentuk bujur atau menirus seperti Pucuk rebung dan diukir dengan berbagai-bagai hiasan. Kadang-kadang terdapat kepala rebab yang diukir seperti mahkota Pak Situng, watak utama drama tari menora dan seperti buah nanas. Di bawah kepala rebab terdapat tiga telinga (pemulas) yang setiap satu diikat dengan seutas tali. Di bawah telinga terdapat batang rebab atau torok yang bersambung dengan muka atau tempurung rebab. Bagian atas muka rebab dilengkapi dengan ‘pacat’ atau kekuda kayu kedl (bridge) yang berfungsi menegangkan tali. Kedudukan pacat boleh diubahsuai mengikut keperluan bunyi. Di kiri pacat terdapat pula satu tombol yang dipanggil susu (mute) dan diperbuat dari lilin lebah atau lilin kelulut. Bagian akhir rebab ialah kaki atau tapak yang berfungsi menegakkan rebab ketika dimainkan. Kaki ini bersambung dengan pemegang tali rebab.

Pada zaman dulu, di Persia dikenal rebab bertali satu yang disebut “rebab ul Shaer” yang khusus dipakai untuk mengiringi deklamasi. Bagi masyarakat Melayu, rebab memiliki nilai yang tinggi, karena sering dipakai pada upacara yang bersifat gaib dan kesenian yang berhubungan dengan dunia gaib seperti Makyong. Bahkan dalam kesenian tradisional ini, pertunjukan dibuka dengan upacara “menghadap Rebab”. Dalam upacara ini seluruh pemain Makyong menari kemudian duduk bersila menghadap rebab. Selain itu, rebab dimainkan semasa persembahan teater tradisi Melayu seperti selampit di Malaysia, dan main puteri di Kepulauan Riau. Selain itu, pada zaman dulu alat musik ini digunakan dalam acara ‘ratok’ di Kampar dan Rokan yaitu mengiringi dari tempat tersembunyi ketika sanak keluarga menangisi anggota keluarga yang meninggal. Dimainkan bisa dengan sendiri-sendiri untuk mengiringi nyanyian yang dikumandangkan oleh pemainnya. 

Terdapat beberapa pantang larang berhubung dengan rebab, khususnya ia tidak boleh dilangkah, harus diselimuti dan disimpan di tempat khas, mesti diasap dengan kemenyan dan dijampi sebelum digunakan dalam setiap persembahan. Rebab dimainkan dengan cara menggesek dan boleh menghasilkan bunyi lembut dan merdu. Pemain rebab terdiri dari lelaki dewasa yang arif tentang bunyi dan pantang larangnya. Pemain duduk bersila dan mernegang rebab dengan mendirikannya di bagian depan. Sebelah tangan memegang rebab dan menekan tali sedangkan sebelah tangan lagi akan memegang busur dan menggesek tali rebab. Tali rebab dapat diselaraskan ketiga sekali kepada jeda perfect 4th atau dua tali kepada jeda perfect 4th dan satu tali kepada jeda perfect 5th.

Selain rebab bertali tiga, terdapat juga rebab bertali dua. Bentuk dan cara bermain kedua-dua rebab ini tetap sama. Perbedaan rebab bertali dua lebih pendek dari rebab bertali tiga. Rebab bertali dua banyak terdapat di Pulau Jawa dan digunakan untuk mengiringi persembahan wayang Jawa atau wayang Purwo.

Rujukan:
1. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1999. Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu, edisi kedua cetakan pertama, Selagor: Dewan Bahasa dan Pustaka
2. Novendra dan Evawarni. 2006. Kesenian Tradisional Masyarakat Kepulauan Riau, Tanjungpinang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
3. Elmustian Rahman, dkk. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *