Mandi Pelangi 

Mandi Pelangi. Mak Andam memandikan pengantin setelah upacara bersanding. (foto: kemdikbud.go.id)

MANDI Pelangi adalah upacara berupa mandi bagi pengantin laki-laki dan perempuan di dalam perkawinan Melayu Riau Pesisir. Upacara ini dilaksanakan setelah upacara bersanding. Secara simbolik, mandi pelangi bertujuannya adalah agar pengantin terhindar dari perbuatan jahat, tercipta saling pengertian, saling memahami dan bekerjasamam, serta mendapat cahaya mata (anak) yang baik rupa dan tingkah laku, serta terhindar dari perbuatan jahat.

Mandi pelangi dipimpin oleh Mak Andam atau Mak Inang. Perlengkapan yang disiapkan adalah:

Bacaan Lainnya
  1. Dua buah talam besar yang terbuat dari tembaga yang disebut ‘talam tidak berkelim tepi,
  2. Sebuah pasu atau tempayan besar (tempayan kang) berisi air sumur atau air sungai,
  3. Sebuah pasu kecil atau tempayan kecil yang berisi air, pada lehernya dililit dengan daun kelapa muda yang dianyam yang disebut “Jari-jari Lipan”. Air dalam tempayan ini dinamakan air tolak bala,
  4. Sebuah cermin muka atau kaca muka,
  5. Dua batang lilin,
  6. Sebutir kelapa yang sudah dikupas kulit luarnya dan dibentuk seperti puncak gunung. Di tengah-tengah puncak gunung itu dililit pula tiga lembar benang berwarna (putih, hitam, dan merah tua)
  7. Selembar daun kelapa muda disimpul hidup,
  8. Air langir,
  9. Dua lembar kain panjang. Selembar untuk penapis mandi pengantin dan selembar lagi untuk menyarung kedua pengantin setelah selesai dimandikan.

Pelaksanaan Upacara
Kedua pengantin berdiri di atas talam dengan berpakaian kain pelekat (dikemban) dan diberi selendang bagi perempuan untuk menutup dada. Di atas kepala mereka dibentangkan kain putih atau kain panjang yang dipegang oleh dua orang. Mak Andam kemudian mengambil air dalam tempayan besar dan menyiram beberapa kali di atas kain yang direntangkan itu, sebagai tapisan. Setelah itu, kedua pengantin lalu disabuni dan dilangir dengan air langir 

Kain yang dibentang di atas kepala kedua pengantin kemudian diletakkan di tempat kain basahan atau di dalam baskom dan Mak Andam mengambil air tolak bala untuk disiramkan ke kedua pengantin sebanyak tiga kali. Lalu kedua pengantin diselimuti dengan selembar kain panjang sambil memegang selembar daun kelapa muda yang bersimpul hidup yang harus mereka tarik agar terlepas simpulnya. 

Dua batang lilin yang sudah disediakan dinyalakan dengan api. Kedua batang lilin itu dibawa Mak Andam mengelilingi kedua pengantin sebanyak tiga kali. Setelah itu, Mak Andam mengambil cermin muka lalu kaca muka itu dihadapkan ke muka kedua pengantin. Dari muka kedua pengantin itu cermin tersebut dibawa mengelilingi pengantin sebanyak tiga kali. Dilanjutkan dengan Mak Andam mengambil sebutir kelapa yang berbentuk gunung dengan dililiti tiga lembar benang dan meletakkannya di ujung jari kaki kanan pengantin laki-laki dan di ujung jari kaki kiri pengantin perempuan. Kedua pengantin disuruh menendang kelapa itu. Kalau sudah ditendang, benang tiga warna yang meliliti pada kelapa itu diambil Mak Andam lalu direntang dibentuk lingkaran. Benang yang sudah menjadi lingkaran itu dimasukkan dari kepala kedua pengantin sampai ke kaki. 

Kedua pengantin kemudian dibawa ke tempat masing-masing, yaitu ke kamar masing-masing untuk diganti pakaiannya dengan pakaian setelah baju kurung. Tanpa memakai perhiasan kedua pengantin didudukkan di depan pelaminan yaitu di atas peterakne. Peterakne adalah tempat duduk pengantin yang tidak bertingkat dan letaknya di depan pelaminan. Di sanalah mereka berdua duduk sambil mendengarkan doa yang dibacakan oleh Pak Imam atau Lebai. Selesai doa dibacakan, Mak Andam menyuruh kedua pengantin menyalami kedua orang tua mereka dan tamu-tamu yang hadir dalam majelis tersebut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *