Kuayang; Buung Kuayang

KUAYANG atau Buung Kuayang adalah ritual pengobatan tradisional yang terdapat di Rokan Hilir, Riau. Ritual ini bertujuan memohon kepada Yang Maha Kuasa atas penyakit yang diderita oleh si sakit, terutama yang berkaitan dengan pengusiran roh jahat yang dianggap mengganggu seseorang.

Buung Kuayang memiliki kemiripan dengan ritual pengobatan lainnya yang berkembang di Riau misalnya Tun Jin dan Mambang Deo-deo di Rokan, Badewo di Rupat, Bulian di Inderagiri Hulu, dan Babalian di Kuantan.

Bacaan Lainnya

Pelaksanan ritual Buung Kuayang dipimpin oleh seorang dukun atau bomoh. Sebelum melaksanakan tugasnya sebagai dukun, yang bersangkutan membaca mantra-mantra untuk memasukkan kekuatan magis ke dalam dirinya, yang lazim dikatakan sebagai memasukkan jin. Setelah dirinya kerasukan jin barulah dia dapat memimpin pengobatan. Dalam prakteknya sang dukun dibantu beberapa orang yaitu lima sampai tujuh orang. Saat memasukkan jin, dukun dalam posisi berdiri dan membaca sendiri mantra-mantranya.

Tahap pertama dimulai dengan analisa penyakit oleh dukun. Dukun atau bomoh menanyakan si sakit tentang gejala-gejala penyakit yang dideritanya. Pengobatan dilakukan pada malam hari.

Dalam ritual ini juga ada kelengkapan-kelengkapannya seperti, daun sirih, pinang, gambit, kapur sirih, bahan-bahan untuk tepung tawar, kemenyan, bara api, bertih, mayang pinang terbungkus, mayang pinang terbuka, upih pinang rnuda, kue-kue, ayam, bahan-bahan masakan mentah, dan nasi pulut serta lauk-pauknya. Alat kelengkapan lainnya, setanggi, ancak, limas, buyung, kain putih, lilin secukupnya, tempat bulu ayam (terbuat dari upih pinang).

Pengobatan dipimpin oleh dukun atau bomoh. Sang dukun mengenakan hiasan kepala berupa beberapa helai daun kelapa diberi warna sehingga berbentuk seperti bulu-bulu bung kuang atau kuayang (sebangsa merak). Daun-daun kelapa itu diikatkan di kepala sang dukun dengan ikat kepala terbuat dari kain. Sang dukun juga mengenakan selempang di dadanya yang juga terbuat dari daun kelapa.

Si sakit dalam keadaan terbaring atau duduk di tengah ruangan pengobatan. Sang dukun diiringi para pembantunya berjalan sambil menari-nari mengelilingi si sakit serta menyanyikan mantra-mantra. Menari-nari sambil menyanyi-nyanyi diiringi bunyi-bunyian yang terbuat dari dua tempurung ‘kelapa jantan’ yakni yang ada lubangnya. Dua tempurung kelapa tersebut dihubungkan dengan seutas tali dan digantungkan di leher para pembantu dukun. Mereka menari-nari dan menyanyi-nyanyi sambil mengikuti sang dukun sambil memukul-mukulkan dua tempurung kelapa tersebut, berirama sesuai langkah kaki mereka. Langkah-langkah kaki mereka tidak linier (biasa), melainkan ada rentaknya tertentu.

Selain tempurung kelapa itu, bunyi-bunyian dilengkapi pula dengan bebano (sejenis gendang). Pemain bebano tidak ikut menari. la duduk di suatu sudut ruangan upacara pengobatan. Pemain tempurung kelapa pun tidak ikut menari melainkan duduk bersama pemain bebano. Tetapi acap kali pemain tempurung kelapa ikut menari bersama pembantu dukukan lainnya, mengikuti gerakan-gerakan sang dukun.

Gerakan menari-nari sambil menyanyi-nyanyi diiringi bunyi-bunyian dengan irama tertentu itu seraya mengelilingi si pasien, berlangsung cukup lama. Kadang-kadang sampai lebih dari dua jam. Mantra-mantra yang dibaca diulang-ulang beberapa kali.

Selesai menyanyi-nyanyi dan menari itu, dilanjutkan mengupah-upah si sakit. Kemudian sang dukun, pembantunya, pasien dan tamu-tamu yang ada di ruangan itu makan-makan bersama. Yang dimakan bersama adalah pulut dengan lauk-pauknya itu. Si pasien ikut makan. Tetapi si pasien tidak diperkenankan menyuruh orang lain untuk makan-makan bersamanya. Bila tamu-tamu hendak ikut makan bersama, maka mereka harus berinisiatif mengambil sendiri, tanpa menunggu disuruh pasien.

Setelah itu, berbagai acara terakhir, dilakukan pembuangan atau buang sial. Sang dukun menyuruh dua orang pembantunya membuang ancak dan limas di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh dukun tersebut.

Rujukan
1. A. Zaini ks dan Murkan Mohamad. 2007. Senarai Prosesi Karas Datang Merak Menanti & Beberapa Cara Pengobatan Tradisional di Kabupaten Rokan Hilir, Bagan Siapi-api: Dinas Pariwisata, Kesenian, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir bekerjasama dengan Gurindam Press.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *