Amuk

Ilustrasi. (foto: kosabudaya.id)

AMUK adalah membabi buta saat menghadapi lawan, menyerang tanpa pertimbangan akal sehat dan perasaan dengan tujuan hanya ingin melampiaskan amarah. Munculnya keberanian tanpa memperhitungkan kalah-menang atau hidup-mati. Sikap ini muncul ketika seseorang merasa dirinya di ambang kekalahan ketika dalam perang atau perkelahian sedangkan ia enggan untuk menyerah atau enggan untuk mengakui kekalahannya.

Sebutan untuk salah-satu sikap mental orang Melayu yang bersebatinya tindakan mengamuk dalam arti yang negatif dan positif. Disebut juga dengan amok. Selain amuk, ada beberapa tingkatan emosi, yakni malu, ajuk, latah, dan aruk. Jika ‘aruk’ wujud dalam bentuk yang lebih kultural, maka amuk adalah peristiwa yang lebih para dari cara-cara berkebudayaan. Latah, aruk dan amuk adalah sikap dalam kelompok yang cenderung negatif jika salah-salah menggunakannya. ‘Latah’ cenderung bermakna negatif. Namun, sebenarnya, apabila pandai memakai secara pas sikap amuk dapat berkadar positif. Sedangkan kalau tak pandai menggunakannya tentu hanya kadar negatif.

Bacaan Lainnya

Sewaktu Inggris menjadi penguasa di semenanjung Melayu kira-kira satu setengah abab yang lalu, mereka sudah mengetahui bahwa bilamana seorang Melayu mengamuk, dia akan menjadi sangat irasional dan condong melakukan pengrusakan-pengrusakan. Karena bahasa Inggris tidak mempunyai kata untuk melukiskan kejadian tersebut, maka orang Inggris mengadopsi kata Melayu dan “amok” resmi menjadi kata dalam bahasa Inggris untuk menerangkan kejadian khas Melayu itu. Sungguh jelas bahwa bangsa Jepang, Cina atau Korea, maupun bangsa Thai, tidak memperlihatkan kebiasaan tersebut.

Dalam hubungan antara ‘latah’ dan ‘amuk’ pakar lainnya H A O’Brien dengan tulisan yang dimuat journal of Malaysian Royal Asiatic Society, Reprint Four Number, A Cen­tenary Volume, 1997/1998, halaman 23 menyatakan: I have been collecting for some time past cases as regard ‘latah’ subjects who have also commited ‘amok’, but facts I have collected are as yet too spare for me to venture upon any matured generalization.

Amuk merupakan curahan perasaan jasmaniah mengenai konflik yang terdapat di dalam diri orang Melayu yang timbul disebabkan pematuhan yang terus menerus terhadap undang-undang dan peraturan dalam kehidupannya. Mengamuk merupakan akibat daripada kegetiran dalam hatinya yang meluap-luap dan melimpah ruah. Mengamuk merupakan putusnya ikatan yang mengikatnya. Itulah pelepasan diri yang terakhir dan yang selengkapnya dari segi latihan dan pertimbangan akal fikiran. Tekanan dan kungkungan terhadap dirinya telah dilepaskan, maka dia sudah tidak mempunyai tanggung jawab lagi. Tidak ada sesuatu yang penting dari orang yang mengamuk itu. Dia bebas lepas. Ikatan dan masa lampau sudah putus dan masa depan tidak mempunyai makna apa-apa lagi, yang penting hanyalah sekarang.

Dengan pengertian biasa, dia naik darah. Dalam keadaan tidak sadarkan diri itu dia menyerang secara membabi-buta. Sifatnya yang pemalu, merendah diri itu telah berubah. Dia sekarang menjadi harimau kejam, tidak berperasaan dan mau memusnahkan semua. Akan tetapi, peralihan dari orang Melayu yang sopan-santun dan merendah diri kepada pengamuk itu selalunya merupakan proses yang sangat perlahan. Perubahan itu tidak terjadi serta-merta. Dia mungkin akan mati sebelum pergolakan dalam dirinya ini meletus.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *