Pepatah-petitih

PEPATAH-petitih adalah genre sastra lisan yang mengandung nasihat atau pengajaran yang diungkapkan melalui pantun, perumpamaan, cakap-cakap adat, ataupun gabungan dari semuanya. Pepatah-petitih disampaikan oleh orang-orang patut baik secara langsung kepada seseorang ataupun di dalam suatu majelis misalnya upacara pernikahan, pinangan, menyambut ninik-mamak, dan upacara adat lainnya.

Pada dasarnya pepatah-petitih sama halnya dengan ungkapan, peribahasa, ataupun pepatah. Tetapi, pepatah-petitih memiliki rangkaian cerita yang disampaikan dengan irama ataupun gaya yang khas, yang masuk dalam sastra lisan digayakan. Istilah ini dapat disepadankan dengan cakap-cakap adat, dan sering disamakan juga dengan istilah petatah-petitih.

Bacaan Lainnya

Pada dasarnya pepatah-petitih sama halnya dengan ungkapan, peribahasa, ataupun pepatah. Tetapi, pepatah-petitih memiliki rangkaian cerita yang disampaikan dengan irama ataupun gaya yang khas. Istilah dapat disepadankan dengan cakap-cakap adat, dan sering disamakan dengan istilah petatah-petitih.

Berikut contoh teks pepatah-petitih:

Barobah bukan sembarang barobah
Barobah basarang di buku buluah
Sombah bukan sembarang sombah
Sombah basusun jari sapuluah

Assalamualaikum alaikum mus salam
Jai dan Jendela, naik jonjang turun betangge
Raje nan berdaulat, penghulu nan besake
Nan mendirikan adat dan pesake
Kocik tak terimbau name
Godang tak terimbau golo
Mendaki bukit mandi angin
Menuruni jojak meluncak
Mencari datuk nan berdua raja nan berdua
Ape sobab kami mencari datuk nan berdua
Raja nan beruda kami nak meoncak
Undang nan berbaris, Adat nan pusake
Tak kale bila adat pusake berdirinya
Tak kale gagak putih kontol itam
Tak kale itulah adat cecah inai berdirinya
Lepaslah kami kelaras nan tige
Pertame laras batang kuantan
Kedue Iras Kampar
Ketige laras batang hari

Kuantan belum bernama Kuantan
Lagi bernama sungai keruh
Konon Kuantan orang tua dahulu
Tak serupa Kuantan kini
Bacok belum bacil belum
Terocaklah undang nan berbaris adat dan pusake
Undang empat nan di atas
Empat dibawa, empat nan di atas
Bername pulau undang
Empat nan di bawah di dalam Bundul pusake
Nilam jati nan beradat, berlembage
Adat bebini membayar adat
Adat belaki bersetiyadat
Adat bergundik menebusi
Kalau tiada yang begiyat, mengulum lidah kail berumpan
Menusuk kawan seiring dalam lipatan
Ke atas tak bepucuk ke bawah tak berurat
Same tengah dilarik kembang

Lepaslah kami kelaras batang Kuantan
Di mane tanah nan tua di batang Kuantan
Si kakak pulau sikubin, ketige simalang indah
Di situlah tanah nan tua di batang Kuantan
Lalu kami pergi ke daerah Kampar
Di mane tanah nan tua
Daerah Kampar istane raja Siak pulau lawan
Kate orang pulau lawan pergilah kau ke batang hari
Di mane tanah nan tua di batang hari
Pulau panjang batang hari, dudun tua pasir mayang
Di situlah tercacak galah panjang
Di situlah bertambat dendang panjang
Lalarik tobing di ongkah dayung, di situlah adat kami terima
Tobing nan ditingkat nan diadat
Rantau nan diikut nan diundang

Pertame adat sebenar adat, kedue adat istimewa
Yang adat sebenar adat, diubah layu dianjak mati
Biar mati anak salah jangan mati adat
Adat tak lapuk dik ujan tak lekang dipanas
Rumah yang beradat tempiyan nan berbase
Menahan luak dibuncah jangan
Dibangkit 2 adat pusake jangan diubah
Kalau diubah jadi penyakit
Ketuku batang ketakal, ketige batang kali
Moyang kite sesusul seasal sedatuk semoyang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *