Pantun

Berbalas pantun dalam upacara perkawinan Melayu Rokan. (foto: kosabudaya.id).

Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal sembilan
Mengangkat tangan jari sepuluh
Minta ampun pada tuan

Anak ayam turun sembilan
Mati seekor tinggal lapan
Minta ampun pada tuan
Kapal kecil sarat muatan

Bacaan Lainnya

Pantun berkait dikungkung oleh persambungan ide atau jalan cerita yang harus diutamakan. Ini membuat pantun berkait hampir menyerupai syair, yaitu menyampaikan cerita. Bagaimanapun ada beberapa kelemahan dalam menyampaikan cerita melalui pantun berkait ini. Jalan ceritanya yang terputus-putus dapat menghilangkan minat pendengar untuk terus mengikuti cerita. Pantun ini juga harus diingat secara keseluruhan rangkapnya untuk mendapat wacana yang lengkap, manakala penggunaan ulangan yang terdapat dalam pantun berkait kelihatan memubazir. Ini menyebabkan pantun berkait tidak begitu popular dalam masyarakat Melayu, terutama masyarakat Melayu masa kini.           

Pantun Jenaka
Pantun yang baris-baris isinya bersifat jenaka, sehingga memancing tawa orang yang mendengarnya.

Elok-elok menunggang kuda
Tebing bertarah tanahnya licin
Elok-elok berbini muda
Nasi hangus gulainya masin

Hilir berderap mudik berderap
Patah galah haluan perahu
Bini berkurap laki berkurap
Penat tangan kaki bergaru

Pantun Meminang
Pantun yang dituturkan dalam acara meminang dan antar belanja (untuk perkawinan). berpantun ini dilakukan dengan saling balas antara calon pengantin pihak laki-laki dan pihak perempuan (jual beli). Lama berpantun tergantung permintaan tuan rumah. Dilakukan di rumah calon pengantin perempuan dalam suasana gembira dan lucu. Kapan acara ini dilakukan tidak terbatas siang atau malam. Salah satu contoh pantun:

Anak raje belayar ke seberang
Membawa bekal ikan gelang
Jika ade bunge di jambang
Kami ingin memetiknya

Pantun Nasihat
Pantun yang baris-baris isinya berisi nasehat, seperti contoh di bawah ini:

Patah lancang kita sadaikan
Supaya sampan tidak melintang
Petuah orang kita sampaikan
Supaya badan tidak terbuang

Burung punai memakan saga
Saga merah besar batangnya
Rukun dan damai di rumah tangga
Amal ibadat jadi tiangnya

Encik Mamat membelah bambu
Bambu berjalin rotan saga
Baiklah hormat kepada ibu
Supaya terjamin masuk sorga

Pantun Percintaan
Pantun yang menggambarkan percintaan, biasanya berisi rayuan-rayuan pada kekasih.

Limau manis di tepi hutan
Daunnya lebat sela bersela
Hitam manis gelak bersetan
Itu membawa hatiku gila

Kalau roboh kota Malaka 
Papan di Jawa kami tegakkan
Kalau ia bagai dikata
Nyawa dan badan saya serahkan

Kalau ada kelapa puan
Kalau tak puan kelapa bali
Kalau tidak karena tuan
Tidakkan dagang sampai kemari

Pantun Sindiran
Pantun jenis ini yang berisi sindiran. Berikut contoh pantun sindiran.
Gunting cina ada pasaknya
Gunting siantan apa besinya
Bunting betina ada anaknya
Bunting jantan apa isinya

Sungguh sedap meratah bertih   
Sedap sehari bersambut petang
Sungguh sedap berkopiah putih
Setiap hari dijemput orang

Rujukan
1. Dewan Pusaka dan Bahasa. 1999. Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu, edisi kedua cetakan pertama. Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka
2. Ismail. 2005. “Analisis Teks Berbalas Pantun Pada Masyarakat Melayu Kemuning Muda Kabupaten Indragiri Hilir.” Skripsi. Pekanbaru: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP-Unri
3. Elmustian Rahman dkk. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *