Pantun

Berbalas pantun dalam upacara perkawinan Melayu Rokan. (foto: kosabudaya.id).

PANTUN adalah genre puisi yang tertua dalam tradisi budaya Melayu, selain mantera. Pantun menggambarkan jiwa dan pribadi bangsa Melayu dari sudut keindahan bahasanya. Hampir semua suku bangsa di Alam Melayu mempunyai bentuk pantun sendiri-sendiri dalam dialek atau bahasa masing-masing. Sebagai puisi lisan, tidak diketahui kapan pantun mulai dikenal. Namun kata “pantun” sebagai istilah untuk suatu bentuk puisi yang khas telah ditemui dalam manuskrip Melayu, termasuk Sulalatus Salatin atau Sejarah Melayu yang dikarang pada sekitar tahun 1612. Pantun juga digunakan oleh pengarang sastra hikayat dan cerita lipur lara.

Dalam makna umum, pantun berarti umpama, laksana, sama maknanya dengan peribahasa. Misalnya dalam peribahasa “kami sepantun telur itik, kasihan ayam maka menjadi”. Dalam Hikayat Hang Tuah terdapat peribahasa “seperti kata pantun Melayu, rosak bawang ditimpa jambaknya”. Sebagai istilah puisi, pantun mengandung makna “tersusun, teratur dalam susunan yang baik dan indah”. Makna ini sama dengan kata “panton” dalam bahasa Jawa kuno yaitu “pari”, kependekan dari “paribahasa” (peribahasa).

Bacaan Lainnya

Dalam genre puisi, pantun tergolong sebagai puisi terikat yang mempunyai peraturan dan struktur tertentu. Pada umumnya bait-bait pantun terdiri dari empat baris. Bunyi akhir dari keempat baris kalimat yang membentuk pantun itu mengikuti pola persajakan yang disebut a-b-a-b. Dua baris pertama berfungsi sebagai sampiran, sedangkan dua baris berikutnya merupakan isi. Jumlah suku kata yang ada pada setiap baris berbeda-beda, bervariasi antara 8-13 suku kata. Tetapi pada umumnya jumlah sukukatanya berkisar antara 9-l0 suku kata. Namun, adapula pantun yang terdiri atas enam dan delapan baris tiap baitnya. Bentuk ini tidak ditemui dalam rangkaian yang seragam melainkan terselip di dalam rangkai­an pantun yang terdiri atas empat baris dalam satu bait. Pantun jenis ini biasanya dijumpai pada pantun muda-mudi. Terdapat juga variasi lain yang tiap baitnya terdiri dari dua baris, enam, delapan, sepuluh dan seterusnya dalam serangkap dan skema rima a-a-a-a, seperti syair. Terdapat juga pantun dalam bentuk berkait yang dikenal sebagai pantun berkait.

Ruang Hidup
Pantun adalah bentuk puisi lama dalam kesusasteraan Melayu yang paling luas dikenal hingga saat ini. Di masa lalu, pantun dipakai dalam percakapan sehari-hari maupun dalam acara-acara adat. Di masa kini, pemakaian dalam percakapan sehari-hari mulai berkurang, namun masih dipertahankan dalam acara-acara resmi adat maupun formal, seperti dalam pidato pejabat.

Di kalangan masyarakat Melayu pantun memiliki beberapa fungsi di antaranta yaitu sebagai “pembuka” suatu acara, sebagai pengungkap perasaan yang sulit disampaikan secara langsung, sebagai hiburan, dan sebagai penyampai pesan moral.  Penyampaian pantun dapat dilakukan sendiri maupun berbalasan, dan dapat disampaikan dengan gaya bahasa tutur biasa, dilagukan (menjadi syair lagu), atau dengan gaya bahasa khas lainnya (misalnya mantera).  

Orang Melayu Riau mengenal berbagai pantun sesuai dengan isi dan kegunaannya, misalnya pantun muda-mudi, pantun nasehat, pantun adat, pantun agama, pantun suka-ria, pantun meminang, dan lain-lain.

Dalam penampilannya, pantun dapat dipakai secara berbalas-balas, yang disebut dengan berbalas pantun, yang disampaikan oleh dua orang atau dua pihak, biasanya antara laki-laki dan perempuan, yang dikatakan saling “jual beli”. Berbalas pantun lazim ditemui sebagai hiburan pada upacara perkawinan dan keramaian. Suasana berbalas pantun biasanya gembira dan lucu. Berbalas pantun dilakukan di rumah-rumah, di pentas dan di halaman terbuka, tanpa syarat dan perlengkapan yang khusus. Pantun-pantun yang dituturkan biasanya berhubungan dengan nasehat, berkasih-kasihan, dan pantun lucu. Berbalas pantun boleh dilakukan kapan saja, tidak terbatas pada siang atau malam. Lama berbalas pantun tergantung permintaan. Pantun ini dituturkan secara lisan murni dalam bahasa sehari-hari (Melayu). Tidak jarang pula berbalas pantun ini dituturkan dengan dinyanyikan sambil berjoget dan diiringi musik berupa pukulan gong, tiupan serunai, dan tabuhan gendang.

Jenis-jenis
Pantun Adat
Pantun yang biasa digunakan untuk acara-acara adat. Berikut ini adalah salah satu contohnya: 
Adat menyuluh sarang lebah
Kalau berisi tidak bersambang
Adat penuh tidak melimpah
Kalau berisi tidaklah kurang

Yang menggantang yang menakar
Yang melintang yang memagar
Yang berhutang yang membayar
Yang mencencang yang memapar

Lebat kayu panlang ditebang
Sudah berbuah lalu berdaun
Adat Melayu pantang dibuang
Sudah pusaka turun temurun

Pantun Atui
Jenis sastra lisan non cerita yang pada mulanya berupa mantera yang dipakai seorang laki-laki untuk memikat anak gadis yang diinginkannya. Saat ini pantun Atui sudah dipertunjukkan di hadapan khalayak sewaktu nikah kawin, sunat rasul, dan kenduri lainnya di rumah atau pada tempat yang telah disediakan si pengundang. Penyajian biasanya dilakukan pada malam hari. Acara penyajian ini berlangsung 1-2 malam.  Pantun Atui disajikan dengan dinyanyikan.

Berikut ini adalah salah satu contoh Pantun Atui:
Si bongsu babilang malam
Malam iko malam kaoso
Suosa potong suoso
Tapantiong ka bonda sabua
Dek kito jolong biaso
Pogang pituo nan gak sabua

Pantun Berkait
Dari segi bentuknya, pantun berkait mempunyai persamaan dengan pantun empat kerat. Pantun ini terdiri dari empat baris serangkap. Baris pertama dan baris kedua merupakan sampiran. Baris ketiga dan baris keempat adalah isi atau maksud pantun. Dalam pantun berkait, ciri-ciri pantun seperti rima akhir, rima dalaman, bilangan perkataan dalam baris, pemilihan diksi dan suku kata dikekalkan.

Terdapat dua jenis pantun berkait. Pertama, pantun berkait yang berhubungan antara satu rangkap dengan rangkap yang mengikutnya secara langsung. Dalam pantun berkait jenis ini, baris kedua sampiran rangkap akan menjadi baris pertama sampiran rangkap yang mengikutinya. Baris keempat isi pantun rangkap pertama akan menjadi baris ketiga isi maksud pantun yang mengikutinya. Contoh pantun berkait yang berhubung secara langsung yaitu:

Bunga melur cempaka biru
Bunga rampai di dalam puan
Tujuh malam semalam rindu
Belum sampai padamu tuan

Bunga rampai di dalam puan
Ruku-ruku dari peringgit
Belum sampai padamu tuan
Rindu saya bukan sedikit

Pantun berkait yang kedua, berhubungan dengan persoalan pokok. Contoh pantun berkait jenis ini terdapat pada pantun “Anak Ayam”. Dalam pantun berkait jenis ini, baris “Anak ayam turun…” akan menjadi baris per­tama pada setiap rangkap pantun hingga rangkap pantun akhir. Di bawah ini diturunkan dua rangkap pantun “Anak Ayam” yang berkait melalui persoalan pokok.

Lanjut ke halaman berikutnya…

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *