Bengkalis

Masjid Kuning di Pulau Bengkalis. (foto: kosabudaya.id/derichard h. putra)

Bengkalis di Zaman Kerajaan Siak
Pada saat Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah mendirikan kerajaan Siak Sri Indrapura, Bengkalis telah memiliki struktur pemerintahan yang berjalan dengan baik. Ketika kerajaaan Siak Sri Indrapura didirikan, Datuk Bandar Jamal mengucapkan janji setia yang menandai hubungan Bengkalis Siak sangat baik, dalam  janji tersebut Sultan mengikrarkan bahwa dalam setiap penabalan Sultan Siak Sri Indrapura harus digelar oleh turunan Panglima Tuagik dan turunan Datuk Bandar Jamal, serta disetujui oleh Orang-Orang Besar Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Orang-orang Besar Siak Sri Indrapura yang dimaksud oleh sultan adalah Datuk Lima Puluh yang dibawanya dari Pagaruyung bernama Bebas Sri Bijuangsa. Datuk Pesisir yang bernama Syawal Sri Dewa Raja, Datuk Tanah Datar yang bernama Syamsudin Sri Perkiran dan Datuk Kampar yang bernama Hamzah bergelar Buyung Ancah (Putra Titah Sungai Tarap).

Bacaan Lainnya

Hubungan antara Bengkalis dengan Siak Sri Indrapura terus terjalin hingga Raja Kecil wafat pada 1740 di Buantan dan digantikan oleh anaknya Tengku Buang Asmara yang bergelar Sultan Muhammad Abdul Muzafar Syah. Panglima Tuagik dan Datuk Bandar Jamal juga ikut serta dalam Perang Guntung membantu Kerajaan Siak Sri Indrapura melawan Belanda, juga ketika Siak diserang Belanda peran Bengkalis dalam peristiwa itu sangat besar. Bahkan sebagai ucapan terima kasih, Kerajaan Siak Sultan Muhammad Abdul Muzafar Syah menghadiahkan selirnya untuk Datuk Bandar Jamal.

Hubungan Bengkalis dengan Siak Sri Indrapura terus terjalin hingga Tengku Buang Asmara mangkat pada 1765 lalu digantikan oleh anaknya Tengku Ismail yang bergelar Sultan Ismail Abdul Jalil Jalalluddin Syah tahun 1765. Hubungan Bengkalis Siak sedikit terganggu ketika paman Tengku Ismail yaitu Tengku Alam (saudara kandung ayahnya Tengku Ismail) mengambil alih tahta kerajaan dan menjalin  hubungan erat dengan Belanda.

Pengangkatan Tengku Alam menjadi Sultan Siak Sri Indrapura menurut Datuk Bandar Jamal tidak sesuai dengan ikrar janji yang telah diucapkan oleh sultan Siak yang pertama. Selain itu, Tengku Alam juga telah mengizinkan Belanda memasuki dan menginjakkan kakinya di Istana Siak Sri Indrapura, oleh sebab itu Kerajaan Siak tidak perlu lagi dihormati dan dipatuhi.

Hal ini disampaikan oleh Datuk Bandar Jamal melalui surat kepada Sultan Siak. Tatkala Sultan menerima dan membaca surat tersebut, timbullah murkanya dan Datuk Bandar Jamal dipanggil ke Siak Sri Indrapura. Tetapi panggilan tersebut tidak dihiraukan oleh Datuk Bandar Jamal. Peristiwa ini hampir menimbulkan perpecahan antara Siak Sri Indrapura dengan Bengkalis.

Pada 1767 Masehi, Datuk Bandar Jamal pergi ke Melaka. Beliau lalu menetap dan tinggal di sana di suatu kampung yang bernama Peruni hingga akhir hayatnya. Beliau dimakamkan di atas bukit yang banyak ditumbuhi pohon ketapang, oleh sebab itu beliau digelar Datuk Ketapang.

Dalam catatan terakhir sejarah Kerajaan Siak, struktur pembagian wilayah Kerajaan Siak dibagi atas lima provinsi yang kemudian disebut dengan “Distrik”, yaitu:

  1. Distrik Pekanbaru dengan Ibu negerinya Pekanbaru yang memiliki onder distrik yaitu Tapung Kiri, dengan Ibu negerinya Tandun, Tapung Kanan, dengan Ibu negerinya Sekijang, dan Senapelan, dengan Ibu negerinya Pekanbaru.
  2. Distrik Siak, dengan Ibu negerinya Siak Sri Inderapura yang memiliki onder distrik yaitu Sungaiapit, dengan Ibu negerinya Sungaiapit, Mandau, dengan Ibu negerinya Muarakelantan, dan Siak, dengan Ibu negerinya Siak Sri Inderapura.
  3. Distrik Tebingtinggi, dengan Ibu negerinya Selatpnjang yang memiliki onder distrik yaitu Tebingtinggi, dengan Ibu negerinya Selatpnjang dan  Merbau, dengan Ibu negerinya Telukbelitung.
  4. Distrik Bagansiapiapi, dengan Ibu negerinya Bagansiapiapi yang memiliki onder distrik yaitu Bangko, dengan Ibu negerinya Bagansiapiapi, Tanahputih, dengan Ibu negerinya Tanahputih, dan Kubu, dengan Ibu negerinya Telukmerbau.
  5. Distrik Bukitbatu, dengan Ibu negerinya Sungaipakning yang memiliki onder distrik yaitu Bukitbatu, dengan Ibu negerinya Sungaipakning dan Rupat dengan Ibu negerinya Batupanjang.

Bengkalis pada Masa Kemerdekaaan
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Bengkalis terdiri dari 4 (empat) Kewedanaan dan 11 Kecamatan. Adapun kewedanaan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Kewedanaan Bengkalis, Ibu negerinya Bengkalis yang membawahi tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Bengkalis, dengan Ibu negerinya Bengkalis,  Kecamatan Bukitbatu, dengan Ibu negerinya Sungaipakning, dan  Kecamatan Rupat, dengan Ibu negerinya Batupanjang.
  2. Kewedanaan Selatpanjang, dengan Ibu negerinya Selatpanjang yang membawahi dua kecamatan yaitu Kecamatan Tebingtinggi, dengan Ibu negerinya Selatpanjang, dan Kecamatan Merbau, dengan Ibu negerinya Telukbelitung.
  3. Kewedanaan Siak, dengan Ibu negerinya Siak Sri Inderapura yang membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Siak, dengan Ibu negerinya Siak Sri Inderapura, Kecamatan Sungaiapit, dengan Ibu negerinya Sungaiapit, dan Kecamatan Mandau, dengan Ibu negerinya Muarakelantan.
  4. Kewedanaan Bagansiapiapi, dengan Ibu negerinya Bagansiapiapi yang membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Bangko, dengan Ibu negerinya Bagansiapiapi, Kecamatan Kubu, dengan Ibu negerinya Telukmerbau, dan Kecamatan Tanahputih, dengan Ibu negerinya Tanahputih.

Dengan berkembangnya daerah Kabupaten Bengkalis sejak dibukanya eksplorasi minyak bumi di wilayah Kecamatan Mandau, maka daerah Dumai dan Duri berkembang dengan pesat, terutama jumlah penduduknya sehingga Dumai dijadikan sebagai pelabuhan ekspor minyak ke luar negeri. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka wilayah administratif pemerintahan di Kabupaten Bengkalis ditingkatkan pada 1963 dengan dibentuknya kewedanaan baru yaitu Kewedanaan Dumai yang membawahi 3 (tiga) kecamatan yaitu:

  1. Kecamatan Dumai, dengan Ibu negerinya Dumai.
  2. Kecamatan Rupat, dengan Ibu negerinya Batupanjang.
  3. Kecamatan Mandau, dengan Ibu negerinya Duri.

Pada 1964 seluruh kewedanaan yang ada di Kabupaten Bengkalis dihapuskan, sehingga kecamatan yang ada dalam lingkungan Kabupaten Bengkalis sejumlah 8 kecamatan langsung berada di dalam wilayah administratif pemerintahan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bengkalis.

Bengkalis saat ini merupakan satu di antara 12 kabupaten/kota di Riau. Secara geografis wilayahnya berada pada posisi 2º30´-0º17´ Lintang Utara dan 100º52´-102°10´ Bujur Timur. Wilayahnya terdiri dari pulau dan daratan serta memiliki kawasan pesisir dan laut dengan garis pantai sepanjang 446 Km. Kabupaten ini berbatasan dengan Selat Melaka, yang merupakan selat tersibuk di dunia. Bengkalis membawahi di pesisir timur Sumatera dan mencakup daerah pesisir timur Riau dan pulau-pulau terdekat. Batas wilayah Kabupaten Bengkalis adalah:

  1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti
  3. Sebelah Barat dengan Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu
  4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Meranti.

Luas Kabupaten Bengkalis 7.793,93 Km² yang terbagi dalam 8 kecamatan dan 102 desa/kelurahan. Ke-8 kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bengkalis, Bantan terdapat di Pulau Bengkalis, Sedangkan Kecamatan Rupat, Rupat Utara terdapat di pulau Rupat, Adapun Kecamatan Bukit Batu, Siak Kecil, Mandau dan Pinggir berapa di Pulau Sumatera.

Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan dataran rendah dengan rata-rata ketinggian antara 2-6,1 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Bengkalis sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik.

Kabupaten Bengkalis memiliki 34 sungai, 10 tasik atau danau dan 16 pulau besar dan kecil. Ke-16 pulau tersebut terdiri dari dua pulau besar, yaitu pulau Bengkalis (938,40 Km2) dan Pulau Rupat (1.525 Km2). Sedangkan 14 pulau lainnya merupakan pulau kecil, yaitu pulau Atung, Mampu Beso, Payung, Mentele, Baru, Rampang dan Mampu Kecik yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rupat Utara.

Rujukan:
Dewan Bahasa dan Pustaka. 1999. Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu. edisi kedua cetakan pertama. Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka
Derichard H. Putra, dkk. 2007. Cerita Rakyat Daerah Riau. Pekanbaru: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau
Elmustian Rahman, dkk. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau
Hasan Junus. 2002. Sejarah Kabupaten Bengkalis. Bengkalis: Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis
Timothy P. Barnard. 2006. Pusat Kekuasaan Ganda: Masyarakat dan alam Siak & Sumatra Timur, 1674-1827, Pekanbaru: P2KK-Unri

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *