Adat Perkawinan Melayu Riau Pesisir

ADAT perkawinan adalah aturan-aturan atau tata cara perkawinan yang dilaksanakan dalam suatu upacara perkawinan. Adat perkawinan setiap daerah berbeda dengan daerah lainnya. Namun, secara umum terdapat persamaan-persamaan tertentu. Berikut disenaraikan adat perkawinan Melayu Riau yang berlaku di daerah pesisir, terutama di Bengkalis, Siak, Meranti, dan Rokan Hilir.

Merisik
Merisik merupakan permulaan dalam suatu prosesi perkawinan. Merisik dimulai dengan mengirimkan utusan yang ditunjuk oleh pihak laki-laki untuk berkunjung ke rumah perempuan. Tradisi ini hampir sama dengan berkunjung atau bertamu biasa. Namun mempunyai hajat atau tujuan tertentu yaitu mencari informasi lebih jauh tentang gadis yang hendak disunting. Di beberapa daerah terkadang didahului dengan dengan Risik-risik Cari Kutu atau Suak-suak Diair.

Bacaan Lainnya

Makna atau tujuan yang terkandung di dalam kegiatan Merisik adalah untuk mencari keterangan tentang keadaan si gadis yang diinginkan. Dari kegiatan ini akan diperoleh informasi apakah sang gadis sudah dipinang orang lain atau belum. Hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan dapat dihindari dengan pihak lain yang mungkin juga berkeinginan atau sudah Merisik terlebih dahulu.

Ibarat bunga di taman, bolehkah ia dipetik?
Ibarat ayam sudahkah ada pautannya?

Meminang
Setelah pelaksanaan merisik, beberapa waktu kemudian dilaksanakan meminang. Upacara ini dilaksanakan oleh pihak laki-laki dengan mengirimkan beberapa utusan ke rumah pihak perempuan. Utusan yang ditunjuk adalah orang pilihan yang bijak, alim serta amanah dalam menyampaikan hajat dari pihak laki-laki.

Tujuan yang terkandung dalam meminang yaitu membuat perjanjian antara pihak laki-laki dan perempuan. Perjanjian kedua belah pihak di buat secara lisan. Beberapa perjanjian yang diputuskan meliputi waktu pelaksanaan Antar Tanda Pertunangan serta besaran Antaran Belanja yang hendak diberikan. Perjanjian yang disepakati sekaligus sebagai patokan waktu bagi pihak laki-laki dan perempuan untuk memberi kabar sanak famili. Demikian juga bahwa anak gadisnya sudah dipinang orang.

Antar Tanda Pertunangan
Antar Tanda dilakukan setelah pinangan diterima oleh pihak perempuan. Waktu pelaksanaan berdasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak. Tanda ini hakikatnya menjadi wujud dari persetujuan penerima pinangan, dan sebagai pengikat bagi kedua belah pihak.

Antar Belanja
Seusai Antar Tanda Pertunangan, tradisi selanjutnya adalah Antar Belanja. Upacara ini ditandai dengan menyerahkan sejumlah uang dan jenis barang-barang lainnya kepada pihak perempuan. Pelaksanaan dan besaran Antar belanja ditentukan ketika pelaksanaan meminang. Tujuan Antar Belanja adalah membantu pihak keluarga perempuan pada saat pelaksanaan Hari Langsung.

Pelaksanaan Antar Belanja dilakukan dengan masing-masing pihak menunjuk seorang perwakilan yang bijak bercakap pada saat memberi dan menerima hantaran. Dalam upacara ini kedua pihak membacakan beberapa pantun. Setelah berbalas-balasan pantun, kedua utusan menyorong tepak sirih yang dibawa ke bagian belakang untuk selanjutnya dijamah oleh rombongan dari pihak laki-laki maupun perempuan.

Dalam upacara antar belanja, kedua belah pihak memusyawarahkan waktu dan tempat pelaksanaan Hari Langsung. Pada umumnya, pelaksanaan Hari Langsung dilaksanakan di rumah pihak perempuan.

Mendirikan Pananggah, Balai, atau Bangsal
Dalam perkawinan, sudah lazim mengundang kerabat, saudara, tetangga dan warga sekitar kampung. Untuk mengantisipasi agar semua jemputan bisa mendapatkan tempat di saat Hari Langsung, maka keluarga yang menyelenggarakan perkawinan menyediakan tempat yang disebut bangsal..

Pada masa lalu, mendirikan bangsal didahului dengan tepuk tepung tawar yang dinamakan tepuk tepung tawar bangsal. Upacara ini dilakukan oleh orang yang dituakan. 

Menjemput
Menjemput yaitu mendatangi rumah saudara yang akan dijemput dengan membawa tepak sirih, dan sebelum menyampaikan maksud terlebih dahulu tepak sirih disorongkan kepada saudara yang dijemput. Upacara menjemput dilaksanakan tiga hari sebelum Menggantung-gantung dan tiga hari menjelang pernikahan.

Menggantung-gantung
Setelah bangsal selesai dirikan sekitar tiga atau empat hari sebelum Hari Langsung, selanjutnya adalah upacara menghias atau sekarang lazim disebut dekorasi. Alat dalam dekorasi sekarang adalah kertas warna yang dipotong dalam berbagai pola, kemudian digantung pada bangsal. Kebiasaan menghias ini dilakukan oleh muda mudi pada malam sebelum Hari Langsung. Tujuannya adalah untuk memperindah tenda.

Khusus untuk pelaminan dan bilik pengantin, yang menghias adalah andam. Alat yang dibutuhkan dalam Menggantung-gantung pelaminan dan bilik adalah tabir. Tabir dibuat dari dari kain yang ditampun memanjang menurut alur-alur warna sesuai menurut adat yaitu kuning, merah, hijau, dan warna kuning keemasan biasanya digunakan oleh kaum raja atau bangsawan.

Sekeliling tabir dipasang kain polos menurut kedudukan sosial atau status sosial pemakainya, disebut dengan tibo/sibar. Untuk raja digunakan sibo kuning, sedangkan untuk wan datuk digunakan sibo hijau, dan untuk umum digunakan sibo warna merah.

Memasang gerai ditentukan menurut kelas kedudukan masyarakat pada masa itu. Misalnya raja pentas gerainya bertingkat 9, kaum bangsawan bertingkat 7, datuk-datuk bertingkat 5, sedangkan orang biasa, orang kebanyakan bertingkat 3. Demikian juga pemasangan tabir gulung, tabir lepas, atau tabir jatuh, termasuk warna sibo tabir dan warna kain lepas lainnya, disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

Berinai
Pada saat pelaksanaan Menggantung-gantung, juga dilaksanakan malam Berinai. Upacara ini biasanya dilaksanakan tiga malam berturut-turut dan terbagi dalam tiga upacara yaitu:

  1. Berinai colek. Upacara Berinai colek dilakukan pada malam berinai pertama untuk pengantin perempuan saja. Tidak ada tamu yang diundang, hanya kaum keluarga dan para sahabat keluarga saja yang meraikan majelis tersebut.
  2. Berinai Kecil. Berinai kecil diadakan pada malam kedua Berinai. Pe­ngantin lelaki diarak ke rumah pengantin perempuan untuk melakukan upacara Berinai. Pengantin laki-laki didudukkan di pelamin dan upacara Berinai dilakukan bersama dengan upacara tepung tawar. Pengantin perempuan menjalani upacara yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda.
  3. Berinai besar. Berinai besar merupakan majelis utama dalam upa­cara Berinai. Majelis ini diadakan pada malam ketiga setelah upacara akad nikah.

Bahan-bahan yang disediakan untuk melakukan upa­cara Berinai adalah beras, bertih, beras kunyit, tepung tawar dan inai.

Peralatan Berinai dipersiapkan oleh pihak pengantin perempuan, sedangkan inai pihak laki-laki dihantarkan oleh pihak pengantin perempuan beserta kue-mueh seperti srikaya, otak naga, dan kue bolu dan pulut apit. Pada beberapa daerah, inai tidak dihantarkan tetapi ‘dicuri’ oleh pihak laki-laki sehingga dikenal dengan inai curi. Inai ini diambil diambil dari rumah pengantin perempuan yang dilakukan oleh utusan tidak resmi pengantin laki-laki.

Berandam
Berandam hakikatnya mencukur bulu roma pada wajah dan tengkuk dalam mempelai perempuan, membersihkan muka dengan menggunakan pisau cukur. Yang mencukur ialah mak andam, yang mengandung makna memelihara dan membentuk kecantikan lahiriah serta mewujudkan kesucian batiniah. Dalam ungkapan disebutkan membersihkan daki dunia dan daki hati.

Upacara Berandam tersirat juga untuk melambangkan persiapan calon mempelai perempuan menjadi orang perempuan dewasa. Upacara Berandam juga tersirat untuk melambangkan persiapan calon mempelai perempuan menjadi seorang perempuan, menjadi wanita sempurna lahir batin, serta siap menjadi calon ibu rumah tangga yang baik.

Menurut orang tua dahulu, waktu yang paling baik untuk melakukan upacara Berandam adalah sekitar pukul 09.00 WIB pagi, yang dikatakan saat matahari naik, atau disebut sepenggalah matahari pagi dan berakhir menjelang zuhur. Di mana diyakini, bahwa saat itu, seri calon mempelai perempuan akan naik, dan tuahnya akan memancar. Dalam ungkapan dijelaskan sebagai berikut:

cahayanya sampai ke muka
serinya sampai ke hati
tuahnya sampai ke negeri
lahirnya akan bersih
hatinya suci dan terpuji.

Akad Nikah
Puncak dari upacara perkawinan adalah akad nikah, sebab akad nikah yang menentukan sah tidaknya  sebuah perkawinan. Adat Melayu Riau mengungkapkan di dalam kata tanda syah bersuami istri adalah sah akadnya, sah syaratnya atau dikatakan sah bersuami istri terletak pada sah ijab dengan kabulnya. 

Upacara akad nikah dilaksanakan pada malam pertama dalam upacara perkawinan. Upacara perkawinan biasanya dilaksanakan tiga malam, yaitu malam pertama adalah acara akad nikah yang dilanjutkan dengan tepuk tepung tawar, malam kedua (siang) upacara berandam, dan malam terakhir adalah malam bersatu. Akad nikah dilaksanakan di rumah calon mempelai wanita, yang dipimpin oleh tuan kadi, tapi sekarang sudah dipimpin oleh pejabat Kantor Urusan Agama (KUA) dengan beberapa orang pembantunya, serta dihadiri oleh beberapa saksi dari kedua calon mempelai.

Sebelum berangkat ke rumah keluarga wanita, calon pengantin lelaki sebelumnya ditepuk tepung tawari di rumahnya oleh keluraga terdekat dan sesepuh kampung. Kemudian calon mempelai lelaki menyembah lutut kedua orang tuanya serta kerabat dekatnya. Tujuannya ialah memohon doa restu, dan memohon doa agar dalam upacara akad nikah berjalan dengan baik dan lancar.

Tepuk Tepung Tawar
Pelaksaan Tepuk Tepung Tawar dilakukan  setelah   kedua   mempelai   duduk   di   pelaminan. Mak   Andam mempersiapkan segala perlengkapannya untuk pelaksanaan acara tepuk tepung tawar, yang melakukan tepuk tepung tawar terdiri dari unsur-unsur pemuka Agama, kaum keluarga, pemuka masyarakat, pejabat pemerintah dan orang-orang yang dianggap patut, mereka berasal dari pihak pengantin laki-laki dan pihak pengantin perempuan.

Tujuan pelaksanaan Tepuk Tepung Tawar adalah untuk memberikan doa restu kepada kedua mempelai. Selain itu, juga dimaksudkan sebagai doa tolak balak dan mohon doa kepada Allah SWT agar terhindar dari bala dan bencana serta mendapat selamat atau kesuksesan terutama sekali selama acara berlangsung sampai selesai.

Jumlah orang yang melakukan Tepuk Tepung Tawar adalah hitungan ganjil, yaitu lima, tujuh, sembilan dan seterusnya, biasanya dilaksanakan tujuh orang. Untuk penepuk tepung tawar, mempelai lelaki dilakukan tepuk tepung tawar oleh orang lelaki saja, begitu juga mempelai wanita. Tetapi sekarang untuk mempersingkat waktu, kedua mempelai sekaligus dilakukan tepuk tepung tawar.

Khatam Al-Qur’an
Khatam Al-Qur’an dilaksanakan setelah Akad Nikah. Jika Akad Nikah dilaksanakan pada malam hari, maka khatam Alquran dilaksanakan esok harinya sekitar pukul 09. 00 – 11.00. yang terkhatam adalah mempelai perempuan. Upacara ini melambangkan bersatunya budaya melayu dengan ajaran agama Islam, dan juga persiapan untuk hidup berumah tangga yang islami.

Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam upacara ini ialah alkitab Al-Qur’an dengan rehalnya, mukena, air putih dalam dulan glengkap dengan gelasnya, hidangan, bunga, telur, nasi kunyit, hidangan kue-kue. Mempelai perempuan diiringi dari bilik pengantin ke gerai pelaminan yang didampingi oleh guru mengajinya dan dipandu oleh mak andam.

Hari Langsung
Hari Langsung adalah hari bersanding pengantin laki-laki dan perempuan. Upacara ini pada umumnya dilaksanakan di rumah pengantin perempuan. Dalam Hari Langsung beberapa kegiatan lain yang dilaksanakan yaitu:.

Berarak
Pada saat berarak, pengantin laki-laki diarak menuju rumah pengantin perempuan. Kalau jaraknya tidak jauh dilakukan dengan berjalan kaki, tetapi bila jaraknya jauh boleh dengan kendaraan kemudian berhenti di suatu tempat yang telah disiapkan tidak jauh dari rumah mempelai perempuan dan dari situ baru dimulai acara berarak.

Pengantin laki-laki berpakaian pengantin terbuat dari tenunan benang emas dengan songkok bertanjak, berkain samping pucuk rebung dan siku keluang. Di pinggang terkebat pending berkepala burung serta terselip keris berukir, di dada tergantung dokoh bersusun tiga. Pakain ini apabila pengantin laki-laki memakai dastar.

Pengantin laki-laki dalam acara ini menuju ke rumah pengantin perempuan diiringi rombongan pengantar beserta dua orang gading-gading. Pada masa lalu, bila anak dara ikut mengantarkan bersama rombongan, mereka memakai kain tutup kerangka yaitu berkocong kain sarung tenunan, sedangkan yang nampak hanyalah kaki dan tumit yang bagaikan telur dikupas layaknya.

Tabur Beras Kunyit
Tabur Beras Kunyit dilaksanakan saat rombongan pengantin laki-laki mendekati rumah pengantin wanita. Tabur beras kunyit dilakukan oleh ibu-ibu dari kedua pihak yang saling berlemparan. Tujuannya untuk mengucapkan selamat datang.

Pencak Silat
Pencak Silat dilakukan setelah mempelai laki-laki sampai di halaman rumah pengantin wanita. Tetapi mempelai wanita tidak disandingkan, masih tetap di kamar. Pencak silat ini bersifat umum, jadi siapa saja boleh melakukannya. Tujuannya adalah ucapan selamat kepada calon pengantin tersebut.

Membuka Pintu
Setelah usai acara silat persembahan pengantin, maka pengantin laki-laki dibawa naik ke rumah oleh ketua rombongan. Di depan pintu Mak Andam pihak mempelai perempuan menghadang dengan menutupkan kain di depan pintu, pengantin laki-laki harus tegak di situ.

Pada saat membuka pintu, andam masing-masing menjawab pantun dengan wakil dari rombingan pengantin laki-laki. Pantun berbalas pantun saling menyindir dan saling menuji yang satu dengan lainnya tak mau kalah.

Setelah selesai acara berpantun, pengantin laki-laki masuk dibimbing oleh Mak Andam menuju pelaminan dan didudukkan di samping sebelah kanan pengantin perempuan. Mak Andam mengambil sirih genggam dari tangan pengantin laki-laki lalu diputar-putar ke atas kepala kedua mempelai sambil menghitung tujuh kali. Konon kabarnya bila sirih ini dimakan oleh gadis atau anak bujang, maka mereka akan cepat mendapat jodoh.

Makan Nasi Adap-Adap
Setelah pintu dibuka, kedua mempelai disandingkan. Mak Andam mengambil sirih yang sudah diukir bergerigi pada pinggirnya dan pada bagian tengah dilubangi yang ada di genggaman pengantin lelaki dan mengitarkan ke kepada kedua mempelai sebanyak lima kali putaran. Kemudian mak andam mengambil sehelai sirih yang disiapkan pihak perempuan dan membaginya menjadi dua bagian. Sebagian diberikan kepada mempelai lelaki dan sebagian lagi diberikan ke mempelai perempuan.

Secara bersamaan kedua mempelai saling menyuapkan sirihnya, tetapi tidak untuk dikunyah, hanya ditempelkan saja di bibir. Setelah itu mak andam mengambil sirih dari kedua mempelai dan melemparkan ke kelompok anak-anak. Tujuannya adalah siapa yang mendapatkan sirih tersebut, maka akan cepat mendapatkan jodoh.

Menyembah Mertua
Menyembah Mertua dilaksanakan pada malam hari setelah acara bersanding sorenya, yaitu pengantin perempuan dan pengantin laki-laki, beserta orang-orang tertentu sekitar 10 orang pergi ke rumah orang tua pengantin laki-laki. Pengantin perempuan berkerudung kain sarung tenun benang mas. Setibanya di rumah orang tua pengantin laki-laki, kedua mempelai didudukkan di tempat yang telah disiapkan.

Selanjutnya dilaksanakan acara menyembah. Pengantin perempuan menyembah kedua mertuanya dan famili keluarga yang di rumah terebut, begitu pula pengantin laki-laki bersama menyembah kedua orang tuanya. Pada saat bersalaman baik kedua mertua serta semua famili yang ada disitu memberikan buah tangan sebagai hadiah dan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Setelah itu dilakukan doa selamat dan etelah itu pengantin dan rombongan kembali pulang ke rumah pengantin perempuan.

Mandi Kumba Taman
Mandi Kumba Taman biasanya dilaksanakan esok harinya setelah upacara pernikahan. Mandi ini dilaksanakan di luar rumah, atau di taman rumah. Cara melaksanakannya adalah kedua pengantin baru berpakaian serba putih tersebut didudukkan di kursi yang sudah dihias, kemudian di atas kepala mempelai dibentang kain putih untuk tapis Mandi Kumba Taman. Kedua sudut kain tersebut dipegang oleh keluarga kedua pengantin, selanjutnya dilaksanakan madi taman.

Siraman pertama dari kedua orang tua mempelai perempuan, kemudian penyiraman air bung dan diikuti oleh orang-orang dituakan. Yang memandikan umumnya hanya tujuh orang secara bergantian.

Kemudian satu orang dari pihak lelaki dan satu orang dari pihak permpuan mengambil kelapa muda yang sudah disediakan, lalu melagakan kedua buah kelapa muda itu di atas kepala kedua pasang pengantin. Air kelapa muda yang pecah itulah sebagai air untuk mandi pengantin. Guna dari kain tadi adalah untuk menampung pecahan kelapa agar tidak jatuh mengenai kepala pengantin.

Untuk lebih memeriahkan lagi upacara perkawinan, umumnya diiringi dengan tabuhan gendang dan gong. Setelah selesai, kedua pengantin kemudian berjalan menuju kamar. Kegunaan kain tadi juga sebagai alas untuk berjalan pengantin ke kamar, tujuan mereka ke kamar hanya untuk mengganti baju yang basah tadi.

Makan Nasi Damai
Makan Nasi Damai dilaksanakan setelah Mandi Kumba Taman. Kedua pengantin berpakaian bagus dan didudukkan kembali di depan gerai pelaminan, diikuti dengan jemputan. Hidangan dikeluarkan biasanya juadah tersebut yang paling utama adalah pulut putih dan nasi pulut beserta inti yang terbuat dari kelapa yang diparut dan gula merah yang biasanya diberi oleh keluarga pihak pengantin laki-laki.

Sesuai dengan ketentuan damai tersebut sehingga pada saat pelaksanaan ini segala sesuatunya ditanggung bersama, maka karena itulah pihak keluarga dari pengantin laki-laki sudah merasa ikut bertanggung jawab. Itulah yang dikatakan dengan damai.

Menyembah
Rangkaian upacara pernikahan adat Melayu ditutup dengan menyembah. Kegiatan ini dilakukan pada malam keempat selepas bersanding. Kedua suami istri pergi mengunjungi sanak famili kedua belah pihak. Dimulai dari yang paling dekat hubungan kerabatnya atau yang tertua dalam hubungan keluarga.

Maksud upacara ini adalah memohon doa dan restu agar perkawinan ini berlangsung dengan sejahtera dan membawa kepada hari depan yang penuh bahagia. Selain itu juga untuk menambah dekatnya hubungan antara pihak laki-laki dengan keluarga perempuan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *